Latest News

Thursday, September 1, 2011

Pembangkit Listrik Mikrohidro�-> 45 rumah [5000 watt]

Gemericik air sungai yang jernih mengundang minat untuk menceburkan diri ke Sungai Buat yang mengalir di pinggiran Desa Lubuk Beringin. Anak Sungai Batang Bungo yang berhulu ke hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat itu, telah memberi manfaat yang luar biasa untuk masyarakat Desa. Tidak hanya untuk kebutuhan MCK, sungai yang itu juga dimanfaatkan masyarakat Desa untuk pembangkit listrik. Mikro hidro sederhana. Masyarakat Desa mengalirkan air sungai menuju kincir air yang akan memutar kincir untuk menggerakkan turbin pembangkit tenaga listrik.



Masyarakat setempat menyebutnya dengan PLTKA (Pembangkit Listrik Tenaga Kincir Air). Dari dua PLTKA yang ada di desa yang berjarak sekitar 50 km dari Kota Muaro Bungo itu, mampu menerangi 45 rumah dari lebih kurang 69 rumah yang terdapat di desa yang masuk IDT kategori miskin itu, dengan daya 5000 watt. �Ya kami sangat tertolong dengan adanya PLTKA ini, kami menikmati listrik yang selama ini sangat jauh dari harapan kami,�kata Najmi salah satu warga desa Lubuk Beringin.



Bagi ayah 5 anak ini, listrik selain memberikan penerangan keluarga, juga mengirit pengeluarannya. Sebelum PLTKA aktif pada September 2006 masyarakat menggunakan lampu togo�lampu minyak yang mirip bom molotov�. Untuk menyalakan togo, masyarakat menggunakan minyak tanah. Harga minyak tanah ke desa yang hanya bisa kendaraan roda dua ini, harganya sangat mahal satu botol minyak tanah (botol yang digunakan bekas botol sirup ukuran 630 ml) masyarakat harus merogoh kocek Rp 5 ribu. Sebotol itu hanya tahan digunakan untuk dua malam saja. Jadi bisa diasumsikan dalam satu bulan pengeluaran masing-masing rumah sekitar Rp 150 ribu per bulan. Sedangkan dengan menggunakan PLTKA, masing-masing rumah yang dialiri listrik ini hanya di pungut Rp 10.000 per bulan.



�Kami sangat tertolong, karena harganya sangat murah dan bersih lagi,�sebut Najmi. Bersih maksudnya di sini, karena togo akan menghasilkan jelaga dan lama kelamaan akan membuat warna rumah dan kain yang tergantung menguning, selain itu juga di pagi hari lubang hidung akan berwarna hitam.



�Anak-anak juga senang karena mereka bisa belajar di malam hari,�kata pria yang memasang tiga bohlam hemat energi di rumahnya. Hanya saja keinginan Najmi dan keluarga untuk bisa menonton televisi masih harus ditahannya.



�Ya saya sudah beli tipi-nya (maksudnya televisi) tapi kadang listrinya tidak kuat, kadang bisa kadang tidak,�kata Najmi. Ya moga aja nanti ketika kapasitas PLTKA-nya meningkat dan menghasilkan daya yang lebih banyak masyarakat Lubuk Beringin dapat menikmati aliran listrik dan juga bisa mengetahui kejadian di luar mereka secara lebih cepat. Selain itu hiburan dari televisi mungkin juga bisa mereka nikmati.



Satu hal yang mengundang kesalutan kita untuk masyarakat Lubuk Beringin, meski masih terkategori miskin, masyarakat tetap hidup bersahaja dan melindungi hutan mereka. Bahkan pola perkebunan yang mereka terapkan pun merupakan perkebunan ramah lingkungan. Masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidup dari kebun karet. Setiap keluarga memiliki kebun karet luasnya bervariasi. Najmi misalnya memiliki setengah hektar kebun karet. Tumbuhan yang hidup disini bukan hanya karet tapi juga hidup tumbuhan lain yang bernilai ekonomis seperti buah-buahan. �Hasil sadapan cukup lumayan lah, sebulan bisa mencapai Rp 500.000 ribu, dengan harga karet saat ini Rp 7.000/kg.



Kebun karet campur yang dikembangkan masyarakat Lubuk Beringin telah menjadi perekat antara masyarakat dan hutan. Kebun karet campur mempunyai fungsi mirip hutan alam yaitu sebagai daerah tangkapan air yang akan menjadi sumber air untuk sungai Batang Buat dan kemudian air sungai ini dimanfaatkan untuk menggerakkan kincir yang akan memutar turbin pembangkit listrik yang akan menerangi rumah masyarakat. Waow kreatifkan mereka. Jauh dari fasilitas umum, bukan berarti mereka tidak bisa menikmati terangnya listrik. Dengan kearifan menjaga hutan, keuntungan tidak hanya buat masyarakat desa Lubuk Beringin, tapi juga masyarakat lainnya di Jambi yang berada di wilayah hilir. Salut buat mereka yang gigih menjaga hutannya.(*)



Sumber : http://rimbaraya.wordpress.com/2007/04/04/salut-untuk-masyarakat-lubuk-beringin/

No comments:

Post a Comment

Tags